Blog List

Friday 20 January 2017

ANALISIS PERHITUNGAN VARIABLE COSTING PADA UKIRAN SETIA KARYA NANDA BALIKPAPAN

Author

Marwanto, S.E., M.Si., Ak
(Staf Pengajar Jurusan Akuntansi Politeknik Negeri Samarinda)

Anton Nur Cahyo, S.E., M.M.
(Dosen Tamu Jurusan Pariwisata)

Abstract

Marwanto is an accounting lecturer in Samarinda State Polytechnic and Anton Nur Cahyo is guest lecturer compiling the research entitled “The analysis of Order cost calculation at Ukiran Setia Karya Nanda Balikpapan”. The purpose of this writing is to identify; Raw Material Cost, Labor Cost and Factory Overhead Cost for once product at Ukiran Setia Karya Nanda Balikpapan in the year 2010. Methods used in this writing are observation, interview, library research and data analysis. This writing applied the analysis instrument calculating of variable costing. The result of this writing indicated that the owner of Ukiran Setia Karya Nanda could identify more information about product cost for each time product ordered by customers and decided the profit intended. The results in this final project are : (1) In 60 cm x 110 cm table product ordered, the job order cost is Rp 1.566.230,00 per unit and (2) In 80 cm x 75 cm mirror frame product ordered, the job order cost is Rp 700.621,00 per unit.

Key Words: Calculating; Job Order Cost, Raw Material, Factory Overhead, Direct Labor, Product

page1image6260
PENDAHULUAN

Seluruh kebudayaan daerah yang berasal dari beraneka ragam suku-suku di Indonesia merupakan bagian integral daripada kebudayaan Indonesia. Kebudayaan Indonesia walau beraneka ragam, namun pada dasarnya terbentuk dan dipengaruhi oleh kebudayaan besar lainnya seperti kebudayaan Tionghoa, kebudayaan India dan kebudayaan Arab.Kebudayaan daerah tercermin dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat di seluruh daerah di Indonesia. Setiap daerah memilki ciri khas kebudayaan yang berbeda. Kaltim terkenal dengan kayu ulinnya yang kuat, keras dan tahan lama sampai ratusan tahun. Apabila di pulau Jawa terkenal dengan jati dan ukirannya, di Kalimamtan juga terdapat ukiran khas Kalimantan yang diukir pada kayu ulin yang bisa dibuat menjadi meja,kursi,tameng,ranjang,daun pintu,sumpitan,gasing dan masih banyak lagi yang lainnya. Pada benda tersebut diukir dengan motif ukiran dayak, yang memiliki nilai jual puluhan juta bahkan ratusan juta.

Di Kaltim, seni ukir etnik Dayak cukup besar pangsa pasarnya. Karena itu terdapat beberapa usaha seni ukir, diantaranya yaitu CV Borneo Picaso Mandiri di Jalan Soekarno- HattaBalikpapan Utara, Seni Ukir Bahayati Jaya milik Bapak Bakri Udin di Samarinda Seberang, Usaha Dagang Kerajinan dan Souvenir milik Bapak Christian JohanJl. Pulau Samosir No. 19 Samarinda, Usaha Dagang Kerajinan dan Souvenir milik Ibu Aisyah di Samarinda Seberang, Usaha Dagang Kerajinan dan Souvenir milik Bapak Yoseph Siangyang beralamat di Jl. Mulawarman RT.03/No.07 Balikpapan.

Ukiran Setia Karya Nanda berproduksi atas dasar order atau pesanan khusus dan juga atas dasar proses untuk stok barangnya. Konsumen yang memesan barang dari bapak untung sudah pasti memiliki penawaran untuk harga yang harus ia bayar nantinya, banyak hal yang harus diperhitungkan bapak untung dalam menentukan harga dari produknya. Pada metode variable costing, harga pokok produk hanya diperhitungkan dari biaya-biaya variabel saja.Dalam penentuan harga jual Bapak Untung melihatnya dari ukuran yang diminta, karena Setia Karya Nanda hanya menggunakan bahan baku dari kayu ulin, kecuali jika konsumen menginginkan produk dari bahan kayu lain. Kesalahan dalam menerima pesanan akan mengakibatkan menumpuknya order, karena itu dalam pengambilan keputusan menerima atau menolak pesanan harus diperhitungkan dengan seksama.

Nanda tanpa perhitungan yang jelas mengenai biaya-biaya yang dikeluarkan, keputusan hanya berdasarkan perkiraan dari pemilik dan tawar-menawar antara Bapak Untung dan pelanggan. Seharusnya sebelum memutuskan untuk menerima atau menolak pesanan, Bapak Untung menghitung biaya-biaya yang nantinya digunakan dalam menyelesaikan pesanan. Apakah pesanan tersebut memberikan keuntungan atau tidak, dan bagaimana pengaruhnya terhadap biaya-biaya tetap usaha ini.

Diharapkan dengan adanya analisa variable costing akan membantu manajemen dalam memutuskan menerima atau menolak pesanan ukiran tersebut. Berdasarkan uraian-uraian di atas maka judul yang diambil peneliti dalam penelitian laporan ini yaitu ”Analisis perhitungan Harga Pokok Pesanan Khusus dengan Metode Variable Costing pada Ukiran Setia Karya Nanda Balikpapan”.

Berdasarkan latar belakang yang peneliti kemukakan, pokok masalah dari penelitian ini adalah “Bagaimanakah perhitungan harga pokok pesanan khusus dengan menggunakan metode variable costing pada Usaha Ukiran Setia Karya Nanda Balikpapan?”

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk membuktikan dan menghitung perhitungan harga pokok pesanan khusus dengan menggunakan metode variable costing pada Usaha Ukiran Setia Karya Nanda di Balikpapan.

METODOLOGI PENELITIAN Pengertian Biaya
“Biaya (Expense) adalah aliran keluar atau pemakaian lain aktiva atau timbulnya utang (atau kombinasi keduanya) selama suatu periode yang berasal dari penyerahan atau pembuatan barang, penyerahan jasa, atau dari kegiatan lain yang merupakan kegiatan utama badan usaha.” (Baridwan, 2004:29)
Pada pengambilan usaha Setia keputusan Karya dilakukan ..
page1image13856 page1image13940 
For further details log on website :
http://karyailmiah.polnes.ac.id/images/Download-PDF/Arsip%20Jurnal/EKSIS-VOL.07-NO.2-AGUSTUS-2011/NO-%20022%20-%20marwanto%20anton%20-%20ANALISIS%20PERHITUNGAN%20VARIABLE%20COSTING%20PADA%20UKIRAN%20SETIA%20KARYA%20NANDA%20BALIKPAPAN.pdf

BENGKEL KRAFTANGAN MALAYSIA

SEJARAH UKIRAN KAYU





Ukiran merupakan hasil seni rupa tradisi Melayu yang terulung. Sejarah seni ukir di Tanah Melayu banyak terdapat dalam catatan-catatan sejarah iaitu dalam Sejarah Melayu di mana dikatakan seni ukiran Melayu tradisi telah ada sejak lebih 500 tahun dahulu. Pada ketika itu, orang-orang Melayu sudah memberi perhatian yang istimewa terhadap seni ukiran pada bangunan seperti istana dan rumah kediaman. Raja-raja Melayu pada zaman dahulu memainkan peranan penting dalam memperkembang dan menghidupkan suasana seni ukiran. Hingga kini peninggalan istana-istana lama memperlihatkan betapa indah dan uniknya ukiran-ukiran yang diterapkan pada istana-istana tersebut. Di Semenanjung Malaysia, kekayaan seni ukiran kayu orang Melayu paling ketara pada binaan rumah tradisional terutama di Kelantan, Melaka dan Negeri Sembilan.

For further information log on website :
http://kraftanganmalaysia2014.blogspot.my/2014/01/sejarah-ukiran-kayu.html

BENGKEL KRAFTANGAN MALAYSIA

TEKNIK DAN GAYA UKIR KAYU

Ukiran kayu dapat dilaksanakan dengan berbagai-bagai teknik dan penggunaan satu-satu teknik itu banyak bergantung pada kebolehan dan kemahiran pandai kayu. Dua teknik utama dan gaya di dalam seni ukiran Melayu ialah :
  • tebuk tebus
  • tebuk timbul 
Susunan atau pola ukiran juga ada tiga jenis utama iaitu
  • pola bujang
  • pola lengkap
  • pola pemidang  

Pola Bujang

Bentuk ini berdiri terasing, bebas, dan tidak terikat, berkait atau bersambung-sambung. Biasanya bentuk ini menampilkan motif bulan, bintang, matahari, kuntuk bunga ataupun putik buah.

 

Pola Pemidang

Bentuk ini menampilkan motif yang menggambarkan pergerakan sederhana dan tidak berbelit-berbelit. Bentuk ini mempunyai bingkai atau pemidang.
Ukiran-ukiran yang dibuat dalam bentuk ini diberi nama-nama yang menarik seperti itik pulang petang, badak mudik, setampuk manggis dan lain-lain. Biasanya Bentuk pemidang digunakan untuk jala-jala rumah serta benda-benda yang terdapat di dalam rumah seperti tepak sirih, almari dan dulang kayu.

 

Pola Lengkap

Bentuk ini menggabungkan ciri-ciri bentuk bujang dan bentuk pemidang. Bentuk ini menitikberatkan unsur tumbuh-tumbuhan, merangkumi akar, batang, buah, dahan, daun, putik dan sulurnya.

For further information log on website :
http://kraftanganmalaysia2014.blogspot.my/2014/01/teknik-dan-gaya-ukir-kayu.html

BENGKEL KRAFTANGAN MALAYSIA


ALAT DAN MOTIF UKIR KAYU


Alat-alat yang digunakan untuk seni ukiran adalah seperti gergaji, ketam, tukul besi dan paling penting pahat. Motif ukiran kayu orang Melayu terbahagi kepada beberapa jenis ;
  • Motif flora, sulur dan daun, tampuk manggis, bunga teratai, daun keladi dan bunga sukun.
  • Motif fauna, contohnya ayam, badak dan itik (ayam berlaga, badak mudik dan itik pulang petang)
  • Motif angkasa atau kosmos yang menerapkan gambaran awan larat seperti bintang, matahari, bulan dan bukit bukau
  • Motif Geometri menampilkan bentuk bulatan dan bentuk segitiga yang disusun berderet. Kadangkala bentuk segitiga ini dicantum dengan sulur-sulur tumbuhan. Biasanya, motif-motif ini terdapat pada alat-alat tembikar, sarung keris, tepak sirih dan barang-barang tembaga.
  • Motif seni khat atau kaligrafi, menggunakan huruf Arab, terutamanya petikan Quran dan tulisan Jawi. Motif ini banyak terdapat di ambang pintu rumah, masjid dan surau serta pada alat-alat keagamaan seperti rehal.




For further information log on website :
http://kraftanganmalaysia2014.blogspot.my/2014_01_01_archive.html

Terrapuri Heritage Village : Celebrating Terengganu’s Architectural Heritage

Author 

Terrapuri Heritage Village : Celebrating Terengganu’s Architectural Heritage

 On May 5, 2014
Have you ever gotten up close and personal with a Terengganu traditional house?  If you haven’t grab the opportunity to do so at the Terrapuri Heritage Village. Over here, 29 traditional Terengganu Malay houses have been restored and conserved to preserve the state’s architectural heritage for the benefit of future generations.
The specialty of the houses here is not a single nail has been used in their construction. Instead a traditional technique called  tebuk-pasak (mortise and tenon) is used to join pieces of wood. Another aspect worthy of note is use of chengal wood, well-known for its durability.
Through this restoration project, future generations will get to witness Terengganu’s rich architectural heritage, including a 17th century Malay palace.
That said, let’s take a quick tour of the Terrapuri Heritage Village to get a feel of the majesty of Terengganu’s architectural heritage.
Terrapur Heritage Village
This house has a spacious compound for the fisherman’s family to store a boat and for rearing for cattle and fowls
Terrapur Heritage Village
Woven mats make up part of the house’s walls
Terrapur Heritage Village
Tile roof of a traditional house
Terrapur Heritage Village
Traditional house constructed without a single nail
Terrapur Heritage Village
Terrapur Heritage Village
A Terengganu traditional house with a Serambi or verandah for family relaxation and used as a guest reception area.
Terrapur Heritage Village
Simple but elegant traditional house made of chengal wood.
Terrapur Heritage Village
Terrapur Heritage Village
Traditional game of congkak for the household to while away time while relaxing in a traditional house. .
Terrapur Heritage Village
Terrapur Heritage Village
Terrapur Heritage Village
A visit to the Terrapuri Heritage Village is a must to fully experience the Malaysia’s rich architectural heritage  during the Visit Malaysia Year 2014.
For further information log on website :
http://www.terrapuri.com/media_news_press/201405_vitual_malaysia.htm

The Mineral Nutrition of Corn as Related to Its Growth and Culture

Published Date
Advances in Agronomy
1956, Vol.8:321375doi:10.1016/S0065-2113(08)60693-8

Author 
  • Lewis B. Nelson
  • United States Department of Agriculture, Beltsville, Maryland
Publisher Summary

Corn is one of the most important agricultural crops of the world. This chapter examines the more pertinent literature dealing with the field of mineral nutrition and growth of corn, particularly as it relates to various cultural aspects of corn production—probably one of the most comprehensive studies ever published on the accumulation and movement of various organic and inorganic materials in developing corn plant. This work represents the first great forward step in advancing the knowledge of the nutrition of corn. The uptake of nutrients and water by corn roots is influenced by many factors ranging from the rate of growth and location of the roots in the soil to the influence of one ion upon the entry of another. Many interrelationships and interactions exist between the various factors, all of that influence: directly or indirectly, the ability of the corn plant to absorb the nutrients and water essential to its growth. The approximate quantity of each element required, the pattern of its translocation within the plant during growth, and the final effects upon the composition and quality of the crop all have an important bearing in the determination of the nutrient needs of the crop and in developing and evaluating fertilizer and management practices. The corn plant exhibits characteristic symptoms of most of the common nutrient deficiencies. Nitrogen deficiency symptoms are by far the most prevalent and are observed in most localities where corn is grown. Lack of adequate soil moisture is one of the major limiting factors in corn production not only in the arid and subhumid regions but also in the humid eastern states. These include practices involving irrigation, thickness of planting, row spacing, fertilizing, and tilling.

Copyright © 1956 Academic Press Inc. Published by Elsevier Inc. All rights reserved.

For further details log on website:
http://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S0065211308606938

Chapter 11. Corn: Grain-Quality Characteristics and Management of Quality Requirements

Published Date
Cereal Grains
2017, Pages 257290, doi:10.1016/B978-0-08-100719-8.00011-5
  • Author 
  • Zoltán GyÅ‘ri
    Abstract

Corn (Zea mays L.) is an important feed, food and industrial raw material. Given the growing importance of bioethanol as a product from corn, considerable changes in its utilisation have occurred recently. Thus, a new industry is being built on corn. This chapter deals with the composition of the corn kernel, its quality features and the factors affecting the quality of this plant. The main methods used in assessing quality are described in relation to the suitability of corn for processing.
Keywords

  • corn (Zea mays L.)
  • chemical composition
  • quality determination
  • bioethanol
  • wet milling
  • dry milling

  • Figure 11.1.
     Table 11.1
    Table 11.1.
     Table 11.2
    Table 11.2.
    Figure 11.2.
     Table 11.3
    Table 11.3.
    Figure 11.3.
     Table 11.4
    Table 11.4.

    .
     Table 11.5
    Table 11.5.
     Table 11.6
    Table 11.6.
     Table 11.7
    Table 11.7.
    Figure 11.4.
    Figure 11.5.
    Figure 11.6.
    Figure 11.7.
    Figure 11.8.
    Figure 11.9.
    Figure 11.10.
    Copyright © 2017 Elsevier Ltd. All rights reserved.

    For further details log on website :
    http://www.sciencedirect.com/science/article/pii/B9780081007198000115

    2.12. Food Security Implications of Climate Variability and Climate Change

    Published Date
    Reference Module in Earth Systems and Environmental Sciences
    Climate Vulnerability
    Volume 2, 2013, Pages 117128doi:10.1016/B978-0-12-384703-4.00223-9
    Current as of 4 August 2015. 
    • Author 
    • V. Mishra
      Abstract
    Understanding the impacts of plausible future climate on US corn and soybean production warrants better knowledge about the retrospective climate. This chapter offers an analysis of long-term (1915–2009) climate variability and trends in the US Corn Belt. Results indicate significant increases in mean annual precipitation (2.8 mm per decade, p < .05) during the grain-filling season (JJA). Between 1915 and 2009, temperature trends show warming in mean annual minimum temperature, while cooling in mean annual maximum temperature by 0.07 (p < .05) and 0.06 °C per decade (p > .05), respectively. Droughts have become less severe during recent decades. Cumulative heat during the grain-filling season declined (1.1 °C per decade, p < .05) significantly during the period 1915–2009. Consistent warming in minimum temperature resulted in increases in growing degree-days prominently in the northern part of the Corn Belt. Statistical analysis for crop yields and climate indices show that cumulative heat during the grain-filling season was the most suitable climate variable for the corn and soybean yield predictions in the US Corn Belt. Changes in cumulative heat during the last three decades indicate that climate has been supportive to corn and soybean production in the US Corn Belt.
    Keywords

  • Corn belt
  • Crop yields
  • Drought
  • Growing degree-days
  • Heat waves
  • Wavelet analysis

  • Figure 1.
    Figure 2.
    Figure 3.
    Figure 4.
    Figure 5.
    Figure 6.
    Figure 7.
    Figure 8.
    Figure 9.
    Figure 10.
    Figure 11.
     Table 1
    Table 1.
     Table 2
    Table 2.
    Figure 12.

    Vitae

    Vimal Mishra is an assistant professor in Civil Engineering at Indian Institute of Technology (www.iitgn.ac.in), Gandhinagar. He completed PhD from Purdue University in 2010 and worked as a post-doctoral research associate at University of Washington, Seattle. His research interests include climate variability, climate change, food security, hydrologic modeling, and climate extremes.
    Copyright © 2013 Elsevier Inc. All rights reserved.

    For further details log on website :
    http://www.sciencedirect.com/science/article/pii/B9780123847034002239

    Advantages and Disadvantages of Fasting for Runners

    Author BY   ANDREA CESPEDES  Food is fuel, especially for serious runners who need a lot of energy. It may seem counterintuiti...